Pencak Silat Perisai Diri

Sejarah dan Perkembangan Pencak Silat di Indonesia

Pencak Silat merupakan seni bela diri yang ikut ambil bagian dalam kebudayaan dan sejarah masyarakat Indonesia. Silat dikenal secara luas di Asia Tenggara, akan tetapi di Indonesia istilah yang lebih populer adalah Pencak Silat. Kata “Pencak” itu sendiri banyak digunakan oleh masyarakat Jawa sedangkan kata “Silat” digunakan oleh masyarakat Sumatera dan Kalimantan. Namun, seiring dengan berkembangnya seni bela diri tersebut istilah “Pencak” diartikan sebagai gerak bela diri yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan. Sedangkan “Silat” diartikan sebagai gerak bela diri yang sempurna bersumber pada kerohanian yang suci untuk keselamatan diri atau kesejahteraan bersama.

Pencak Silat di Indonesia terus berkembang secara turun temurun. Dahulu pencak silat digunakan hanya sebatas untuk pembelaan diri, baik untuk melindungi diri dan mempertahankan kehidupannya dari ancaman. Para ahli bela diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Pada masa perkembangan ajaran Islam bela diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga sistem pembelaan diri tersebut sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia. 
 
Pada masa penjajahan, pemerintah Belanda tidak memberikan kesempatan pencak silat untuk berkembang sebagai pembelaan diri Nasional, karena dipandang terlalu berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Sebaliknya pada masa pemerintahan Jepang berkuasa di Indonesia pencak silat dikembangkan dan didukung sebagai bela diri Nasional untuk kepentingan Jepang sendiri untuk menghadapi sekutu. Perguruan pencak silat pun didirikan di Jawa yang diatur oleh pemerintah. Meskipun Jepang menggunakan semangat Nasional untuk kepentingannya sendiri, bangsa Indonesia pun secara tidak langsung mendapatkan dampak positif dari hal tersebut.
 
Pada masa kemerdekaan semenjak Budi Utomo didirikan jiwa dan kebangkitan nasional mencari unsur-unsur warisan budaya sebagai identitas Nasional. Pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, terbentuklah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia. IPSI mengajukan program kepada pemerintah agar pelajaran pencak silat dimasukkan ke sekolah. Pada tahun 1973 di Bogor, Pencak Silat resmi dinyatakan sebagai seni pembelaan diri bangsa Indonesia oleh pemerintah. 
 
Pencak silat di Indonesia semakin berkembang seiring dengan terdapat banyaknya aliran dan perguruan pencak silat diberbagai wilayah Indonesia. Masing-masing aliran memiliki karakteristik yang berbeda, namun tetap berakar pada ilmu bela diri pencak silat. Aliran-aliran dan perguruan pencak silat tersebut diantaranya adalah: Perisai Diri, Merpati Putih, Tapak Suci,Setia Hati, Pagar Nusa, dll. Karena banyaknya aliran dan perguruan pencak silat di Indonesia, maka dalam artikel ini yang akan ulas adalah aliran atau perguruan Perisai Diri.


Perisai Diri

Sejarah

Perisai Diri merupakan salah satu organisasi olahraga beladiri yang menjadi anggota IPSI, induk organisasi resmi pencak silat di Indonesia. Perisai Diri menjadi salah satu dari sepuluh perguruan silat yang mendapat predikat Perguruan Historis karena mempunyai peran besar dalam sejarah terbentuk dan berkembangnya IPSI. Pada tanggal 2 Juli 1955 di Surabaya, Perisai Diri resmi didirikan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo. Beliau lahir di Yogyakarta, tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Paku Alam dan merupakan putra pertama RM Pakoesoedirdjo, buyut dari Paku Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau sudah menguasi ilmu pencak silat yang ada di lingkungan Keraton. Beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun demi meningkatkan kemampuan ilmu silatnya. Jombang merupakan tempat yang dikunjungi pertama kali, disana beliau belajar silat dari bapak Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Seletah dirasa cukup mendapatkan ilmu, kemudian beliau ke Solo dan belajar dari bapak Sayid Sahab. Semarang berupakan tujuan berikutnya, disini beliau belajar dari bapak Soegito dari aliran Setia Saudara dan dilanjutkan dengan belajar ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah sebelumnya singgah di Kuningan. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri dan menetap di Banyumas pada tahun 1936 dengan mendirikan perkumpulan pencak silat dengan nama Eka Kalbu.
 
Setelah puas merantau dan mendapat cukup ilmu, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Beliau melatih di lingkungan Perguruan Taman Siswa atas permintaan Ki Hajar Dewantoro. Tahun 1954 beliau pindah dinas ke Surabaya. Dengan bantuan Imam Romelan, beliau membuka dan mendirikan kursus pencak silat Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri.
 

Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Shaolin (Siauw Liem) yang dikuasainya dicurahkan dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan manusia. Perisai diri memiliki teknik silat yang mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok. Teknik beladiri yang efektif dan efisien, baik dengan tangan kosong maupun dengan senjata diajarkan di Perisai Diri. Dari mulai didirikan hingga kini teknik silat Perisai Diri tidak pernah berubah. Metode latihan Perisai Diri adalah serang hindar dengan motto “Pandai Silat Tanpa Cidera”
 
Dalam silat Perisai Diri terdapat teknik kombinasi dan teknik asli. Teknik asli Perisai Diri sebagian besar didapat dari aliran Shaolin. Namun yang mirip hanya awalnya saja, sedangkan gerakan maupun implementasinya sudai dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini menjadi keunikan tersendiri dari Perisai Diri, berbeda dengan silat lainnya. Adapun teknik asli dari Perisai Diri antara lain: Burung Mliwis, Burung Kuntul, Burung Garuda, Lingsang, Kuda Kuningan, Setria Hutan, Harimau, Naga, Pendeta dan Putri.

RM Soebandiman Dirdjoatmodjo wafat pada tanggal 9 Mei 1983. Pelatihan silat Perisai diri beralih kepada para murid beliau yang telah menyebar ke seluruh Indonesia dan berbagai negara di Eropa, Amerika dan Australia. Untuk menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi beliau.

Lambang Perisai Diri 

Lambang Perisai Diri

 
Manusia menunduk bersikap Bunga Sepasang
mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan penuh rasa tanggung jawab melaksanakan azas dan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri.
Bunga teratai berdaun lima berwarna kuning
mempunyai makna bahwa dalam melaksanakan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri berazaskan Pancasila.
Sayap warna putih bertuliskan Perisai Diri
mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri mempunyai sikah hidup yang dinamis, selalu mempunyai tekad dan semangat untuk mengembangkan bela diri Indonesia umumnya dan Silat Perisai Diri khususnya serta memelihara kelestariannya sebagai budaya bangsa.
Bangun segi tiga berwarna merah bertepikan warna kuning
mempunyai makna :
  • Tujuan Luhur/Roh Suci
  • Hidup/Sukma
  • Kekuatan/Bayu
Warna merah putih
mempunyai makna asal dan perantaraan ayah dan ibu.

Janji Perisai Diri

Kami Keluarga Silat Nasional Indonesia “PERISAI DIRI” berjanji: 

  1. Bartaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  3. Mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.
  4. Patuh kepada perguruan dan melaksanakan dengan penuh rasa tanggungjawab asas dan tujuannya.
  5. Memupuk rasa kasih sayang dan kekeluargaan diantara sesama anggota.

     

                 http://perisaidiri.ub.ac.id/pd/


 

Pencak Silat Perisai Diri Pencak Silat Perisai Diri Reviewed by Rizky Ananda on October 09, 2016 Rating: 5

No comments: